Let’s Talk Mental Health 2020: Bertanya Untuk Berempati

Hari ini, Ubah Stigma menggelar acara gelar wicara “Let’s Talk Mental Health”, acara tahunan Ubah Stigma yang mengundang pakar psikolog dan figur publik untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman tentang berbagai topik kesehatan mental kepada publik. Acara ini berbentuk webinar dengan tema “Bertanya Untuk Berempati”, yang menggali pentingnya sistem pendukung (support system) yang kuat untuk kesehatan mental yang baik. Karena keadaan mental yang sehat tidak hanya bergantung pada diri sendiri tetapi juga pada orang di lingkungan sekitar, Ubah Stigma menyadari pentingnya menguatkan komunitas agar dapat memberi dukungan terbaik untuk satu sama lain.
Let’s Talk Mental Health juga merupakan salah satu rangkaian kegiatan Ubah Stigma dalam gerakan sosial bertajuk “Let’s Be Supportive” yang bertujuan untuk membangun komunitas-komunitas yang saling mendukung, sekaligus menghilangkan stigma seputar kesehatan mental. Acara ini diselenggarakan secara daring di aplikasi konferensi Zoom dan disiarkan untuk publik melalui YouTube Live.
Acara ini terdiri dari tiga sesi; sesi pertama bertajuk “Memahami Dukungan” yang mengupas arti dan karakteristik dari lingkungan yang mendukung. Sesi pertama dihadiri oleh Sri Juwita Kusumawardhani, M.Psi, psikolog dan founder komunitas Cinta Setara; Yuria Ekalitani, S.Psi, M.Si, Direktur Indonesia Center for Counseling Psychology; dan Azmul Fuady Idham, founder komunitas Halo Jiwa Indonesia. Sesi kedua bertajuk “Memberi Dukungan” yang menjawab pertanyaan bagaimana kita dapat menjadi support system yang baik untuk diri kita sendiri dan orang lain. Sesi ini dihadiri oleh Olphi Disya Arinda, S.Psi, Director dan Event Manager Alpas.id dan kembali mengajak Yuria Ekalitani. Sesi ketiga bertajuk “Through Their Eyes: Menjadi Dukungan” yang mendalami mengapa lingkungan yang mendukung sangat penting bagi mereka yang mengalami gangguan mental. Sesi ketiga dihadiri oleh Kania Annisa Anggiani, ibu dua anak dan entrepreneur, dan Prisia Nasution, founder komunitas Kopi Panas Foundation.

(22/08) Pembicara pada Sesi 1 Let’s Talk Mental Health 2020: Memahami Dukungan. Kiri atas: Azmul Fuady Idham S.Psi, M.Si, founder komunitas Halo Jiwa Indonesia, Kanan atas: Yuria Ekalitani S.Psi, M.Si, Direktur Indonesia Center for Counseling Psychology, Kiri bawah: Sri Juwita Kusumawardhani M.Psi, psikolog dan founder komunitas Cinta Setara, Kanan bawah: Annemarie Esta, moderator acara Let’s Talk Mental Health 2020
Pada sesi “Memahami Dukungan”, pembicara menggali lebih dalam tentang berbagai karakteristik lingkungan yang mendukung seperti adanya kebebasan untuk mengekspresikan perasaan dan pendapat, literasi tinggi dan tidak adanya stigma tentang isu kesehatan mental. “Membangun lingkungan yang mendukung mulai dari tingkat individu; seseorang harus memiliki sifat dan kebiasaan tertentu yang diasah dengan berjalannya waktu dan dibudayakan setiap hari dengan orang sekitarnya. Pada intinya, seseorang harus mempunyai kesadaran, empati dan kepedulian yang tinggi agar dapat mendukung diri sendiri dan orang lain,” ujar Yuria Ekalitani, S.Psi M.Si.

(22/08) Pembicara pada Sesi 2 Let’s Talk Mental Health 2020: Memberi Dukungan. Kiri atas: Yuria Ekalitani S.Psi, M.Si, Direktur Indonesia Center for Counseling Psychology, Kanan atas: Olphi Disya Arinda S.Psi, Director & Event Manager Alpas.id, Bawah: Annemarie Esta, moderator acara Let’s Talk Mental Health 2020
Pembahasan lalu dibawa ke cara-cara kita dapat menjadi pribadi yang suportif dan mendukung bagi diri sendiri dan orang lain. Satu hal yang sangat dirasakan oleh Olphi Disya Arinda, event manager komunitas Alpas.id adalah bahwa menjadi dukungan untuk orang lain tidak harus dengan cara yang mahal. “Dari pengalaman saya, banyak yang telah menghubungi kami karena kami sebisa mungkin memberikan sarana informasi yang mudah diakses serta menghadirkan rasa aman bagi semua orang. Ini sangat penting dalam mendukung seseorang, terutama yang sedang mengalami suatu masalah. Ketika kita menunjukkan aura yang hangat dan welcoming, orang dapat bersandar pada kita dan merasa nyaman,” jelasnya pada sesi “Memberi Dukungan”.

(22/08) Pembicara pada Sesi 3 Let’s Talk Mental Health 2020: Through Their Eyes: Menjadi Dukungan. Kiri atas: Kania Annisa Anggiani, Mother of 2 & Entrepreneur, Kanan atas: Prisia Nasution, founder komunitas Kopi Panas Foundation, Bawah: Annemarie Esta, moderator acara Let’s Talk Mental Health 2020
Sebagai penutup, Ubah Stigma menghadirkan pembicara yang berbagi pengalamannya tentang memberi dan menerima dukungan dalam perjalanannya menuju kesehatan mental yang baik. Pada sesi ini, Kania Annisa Anggiani menjelaskan pengaruh positif dari support systemnya sebagai survivor postpartum depression (PPD), baik dari suami, keluarga, teman maupun lingkungan kerja. “Dengan PPD, saya merasa bahwa banyak yang tidak bisa mengerti perasaan dan pikiran saya yang kompleks setelah mempunyai anak dan membina keluarga, bahkan ada yang meremehkan perasaan saya. Tapi, suami, keluarga dan sahabat terdekat saya sangat terbuka untuk mendengarkan keluh kesah saya tanpa penghakiman dan menyemangati saya saat sedang down. Mereka menguatkan saya, dan saya sangat bersyukur mempunyai mereka.”
Sebagai organisasi yang mengedepankan kesehatan mental sejak tahun 2018, Ubah Stigma bangga dapat menjadi wadah untuk diskusi penting seputar kesehatan mental, pada acara ini khususnya tentang pentingnya sistem dukungan yang baik, serta melibatkan pakar, figur publik dan komunitas di Indonesia dalam diskusi ini.
“Ubah Stigma senang dapat menghubungkan praktisi yang berbagi ilmu tentang sistem dukungan yang baik, figur publik yang berbagi pengalamannya, dan masyarakat Indonesia yang ingin mendapatkan wawasan baru. Percakapan inilah yang akan membantu mengurangi persepsi negatif terhadap gangguan mental dan membangun komunitas-komunitas di Indonesia yang saling mendukung dan menguatkan satu sama lain,” jelas Emily Jasmine, Co-Founder Ubah Stigma.
Ubah Stigma berharap bahwa Let’s Talk Mental Health dapat mendorong masyarakat Indonesia untuk meningkatkan empati kepada orang-orang terdekat dan komunitasnya, yang dapat dimulai dengan semudah menanyakan kabar seseorang. “Semua orang dapat menjadi support system yang baik untuk orang sekitarnya. Meluangkan sedikit waktu untuk mendengarkan cerita seseorang, menyemangati mereka dan berdiri bersama mereka pada masa-masa sulit dapat memberi dampak positif yang tidak terhingga, dan Ubah Stigma ingin selalu mengingatkan masyarakat Indonesia akan itu,” tutup Asaelia Aleeza, Co-Founder Ubah Stigma.