Mengungkap Kebenaran Tentang Bullying Berdasarkan Drama Korea The Glory

TRIGGER WARNING: ARTIKEL INI MENGANDUNG PEMBAHASAN MENGENAI BULLYING DAN BUNUH DIRI (SUICIDE).
Bullying di sekolah adalah masalah serius dan sumber tekanan sosial paling signifikan yang dapat mempengaruhi seseorang, baik kesejahteraan, kegiatan dan prestasi di sekolah, serta penyesuaian diri saat remaja. Isu ini diangkat pada drama korea berjudul ‘The Glory’. Drama ini tayang perdana pada 30 Desember 2022 di Netflix dengan pemeran utamanya adalah Song Hye Kyo sebagai Moon Dong Eun.
The Glory menceritakan tentang Moon Dong Eun yang mengalami bullying parah oleh teman-teman di SMA-nya yang diceritakan dengan jelas di episode-episode awal. Kekerasan fisik maupun verbal secara berulang dialami oleh Moon Dong Eun. Singkat cerita, akibat bullying itu juga, Moon Dong Eun dikeluarkan dari sekolahnya. Pengalaman kekerasan dan intimidasi yang dirasakan di masa sekolah, membuat Moon Dong Eun merencanakan balas dendam saat dewasa.
Apa Itu Bullying?
Bullying didefinisikan sebagai perilaku agresif dan berbahaya yang terjadi berulang kali selama periode waktu tertentu, ditandai dengan perbedaan kekuatan antara pelaku dan korban. Bullying berkaitan dengan berbagai aspek baik fisik, psikologis, sosial, dan pendidikan korban dan pelaku.
Pada episode awal The Glory, Moon Dong Eun diceritakan mengalami bullying parah oleh teman-temannya. Tiba-tiba tangan Moon Dong Eun ditempelkan pada pada catokan panas oleh salah satu temannya, sementara badannya ditahan oleh teman lainnya. Diceritakan juga, suatu ketika pelaku bullying datang ke tempat tinggal Moon Dong Eun dan mengacak-acak tempat tinggalnya. Padahal, Moon Dong Eun juga sempat melaporkan bullying yang dialaminya, namun yang mendapat hukuman adalah Moon Dong Eun dan bukan pelakunya. Hal ini karena orang tua pelaku adalah orang penting dan kaya, berbeda dengan Moon Dong Eun yang tinggal seorang di rumah sederhana.
Apapun alasannya, tindakan bullying tidak dibenarkan. Bullying dapat merugikan korban baik fisik maupun mental saat hal itu terjadi bahkan sampai korban dewasa.
Apa Dampak dari Bullying?
Seseorang yang pernah menjadi korban bullying dapat mengalami masalah psikologis yang parah, seperti depresi, kecemasan, gangguan panik (panic attack), dan harga diri yang rendah (low self-esteem). Hal tersebut dapat diperparah dengan perilaku negatif lainnya, misalnya penggunaan zat ilegal serta perilaku antisosial saat dewasa. Efek buruk pada kesehatan mental korban bullying dapat mengarah pada potensi bunuh diri, dan karenanya harus ditanggapi dengan serius.
Risiko bunuh diri telah terbukti sangat tinggi di kalangan remaja yang menjadi korban bullying. Menurut mantan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, 40% kasus bunuh diri anak di Indonesia terjadi akibat bullying. Dalam drama tersebut, pikiran dan upaya untuk bunuh diri juga dilakukan oleh Moon Dong Eun. Akibat intimidasi terus menerus oleh teman-temannya, Moon Dong Eun pernah mencoba untuk lompat dari jembatan.
Bahkan, ketika Moon Dong Eun mencoba untuk mencari bantuan atau melawan, dia tidak mampu membela diri. Moon Dong Eun malah diperlakukan tidak adil oleh gurunya dengan tetap mendapat hukuman karena pelakunya berasal dari keluarga kaya dan terpandang, berbanding terbalik dengan keadaan ekonomi Moon Dong Eun kala itu. Ini menunjukan bahwa dia tidak mendapatkan dukungan dan bantuan yang cukup dari orang dewasa.
Bullying di masa sekolah juga berdampak jangka panjang di masa dewasa. Saat dewasa, Moon Dong Eun kerap mengalami perubahan emosi yaitu cemas dan takut ketika terdapat peristiwa yang mengingatkannya saat di-bully.
Orang dewasa mudah mengalami peningkatan emosi dan detak jantung, ketika mereka mengingat pengalaman masa lalu yang buruk, seperti ketika mereka menjadi korban bullying. Reaksi tersebut sama parahnya dengan gangguan stres pasca trauma atau trauma serius lainnya.
Bagaimana Cara Mencegah dan Mengatasi Bullying?
Banyak bahaya yang jelas ditimbulkan akibat bullying pada korban, dan semua orang mempunyai peran untuk mencegah hal tersebut terjadi di lingkungan kita. Walaupun saat ini topik bullying sudah awam dibahas secara terbuka di masyarakat, masih diperlukan upaya untuk meningkatkan kesadaran tentang cara mengatasinya.
Apabila kita melihat orang di sekitar kita menjadi korban bullying, tindakan yang dapat dilakukan, antara lain:
- Jangan mengabaikannya dan cari pertolongan dari orang dewasa (guru atau orang tua) di sekitar.
- Cari pertolongan polisi dan tenaga medis apabila terdapat cedera fisik yang serius.
- Dengarkan cerita korban tanpa menghakimi dan menyalahkan.
Namun, apa yang bisa dilakukan ketika kita menjadi korban bullying? Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melindungi diri dari bullying adalah:
- Carilah bantuan dari orang dewasa (guru atau orang tua) atau teman yang kamu percayai ketika terdapat potensi bullying.
- Hindari tempat yang tidak aman dan menjauhlah sebelum potensi bullying terjadi.
- Hindari menggoda balik pelaku bullying, karena hal ini dapat membuat orang tersebut menjadi lebih berani.
- Selalu pertahankan harga diri yang positif saat bullying terjadi.
- Segera melapor pada unit layanan teknis perlindungan perempuan dan anak atau polisi di tiap daerah.
- Apabila tidak memungkinkan untuk melapor langsung, saksi atau korban dapat menelepon ke hotline pengaduan semua perlakuan yang salah pada perempuan dan anak ke nomor 129 atau mengirimkan pesan melalui SMS bebas pulsa ke nomor 08111-129-129.
- Jika diri sendiri merupakan korban bullying melalui media sosial, segera lapor melalui platform media sosial tersebut dan kanal milik pemerintah yaitu aduankonten.id untuk dibantu eskalasi penghapusan atau take down konten di platform digital.
- Jika membutuhkan bantuan segera, ketika diri sendiri berada dalam krisis atau orang lain mungkin dalam bahaya, hubungi 110 (Polisi) atau 119 (Ambulans).
Mengatasi bullying, khususnya di sekolah, perlu melibatkan beberapa pihak termasuk orang dewasa yang ada di sekitarnya. Sekolah perlu mengambil tanggung jawab tanpa toleransi dengan melibatkan siswa, guru, dan orang tua. Lebih jauh lagi, penting untuk merancang edukasi dan kebijakan seputar anti-bullying.
Melalui The Glory, pesan yang dapat diambil adalah jangan mengabaikan korban bullying di sekitar kita. Cobalah untuk berani melapor kepada yang lebih berwenang. Sehingga, dapat mencegah bullying terjadi pada orang di sekitar kita.
SUMBER:
- Arslan, G., Allen, K. A., & Tanhan, A. (2021). School bullying, mental health, and wellbeing in adolescents: Mediating impact of positive psychological orientations. Child Indicators Research, 14, 1007-1026. https://bullyid.org/rethink/bantuan-untuk-korban/
- Camodeca, M., & Nava, E. (2022). The long-term effects of bullying, victimization, and bystander behavior on emotion regulation and its physiological correlates. Journal of interpersonal violence, 37(3-4), NP2056-NP2075.
- Carvalho, M., Branquinho, C., & de Matos, M. G. (2021). Cyberbullying and bullying: Impact on psychological symptoms and well-being. Child Indicators Research, 14, 435-452.
- Li, X., Chen, F., Lin, Y., Jia, Z., Tucker, W., He, J., … & Yuan, Z. (2020). Research on the relationships between psychological problems and school bullying and non-suicidal self-injury among rural primary and middle school students in developing areas of China. International journal of environmental research and public health, 17(10), 3371.
- Mark, L., Värnik, A., & Sisask, M. (2019). Who suffers most from being involved in bullying—bully, victim, or bully‐victim?. Journal of school health, 89(2), 136-144.
- Quintana-Orts, C., Rey, L., Mérida-López, S., & Extremera, N. (2019). What bridges the gap between emotional intelligence and suicide risk in victims of bullying? A moderated mediation study. Journal of Affective Disorders, 245, 798-805.
- stopbullying.gov
- unicef.org
- Volk, A. A., Provenzano, D. A., Farrell, A. H., Dane, A. V., & Shulman, E. P. (2021). Personality and bullying: Pathways to adolescent social dominance. Current Psychology, 40, 2415-2426