Let’s Talk Mental Health 2021: Generation Mental Health

Pada akhir pekan ini, Ubah Stigma menggelar acara gelar wicara “Let’s Talk Mental Health”, acara tahunan Ubah Stigma yang mengundang pakar dalam bidang psikologi serta figur publik untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman tentang berbagai topik kesehatan mental kepada publik. Acara ini diselenggarakan dalam bentuk webinar melalui aplikasi konferensi Zoom dan disiarkan melalui YouTube Live.
Acara Let’s Talk Mental Health keempat ini mengusung tema “Generation Mental Health” dengan tujuan memperkenalkan pentingnya kesehatan mental dari generasi ke generasi dengan harapan terbentuk serta meningkatnya kepedulian terhadap kesehatan mental pada seluruh generasi.
Acara ini terdiri dari tiga sesi dengan pembicara dan topik yang berbeda di setiap sesinya, yaitu:
Sesi Pertama, “Learn to Unlearn Stigma” yang dibawakan oleh Asaelia Aleeza, MSc, dan Emily Jasmine selaku Co-Founder Ubah Stigma, bersama Indah Sundari, M.Psi., Psikolog.
Sesi Kedua, “Mental Health: To Prioritize not Sacrifice” yang dibawakan oleh dr. Rayhan Maditra selaku Founder Mako Talk dan Alya Nurshabrina selaku Miss World Indonesia 2018.
Sesi Ketiga, “Normalizing Mental Health” yang dibawakan oleh Kak Seto, Dr. Jakoep Ezra, DBA, D.Th dan Andini Effendi.
Pada sesi “Learn to Unlearn Stigma”, para pembicara mengupas tentang bagaimana kita menghadapi dan terbentuknya sebuah stigma tentang kesehatan mental di sosial. Menurut Indah Sundari, sebuah stigma dapat terbentuk karena nilai, prinsip, mindset, dan sikap yang menentukan bagaimana kita memandang suatu hal.
Dalam sesi ini, Emily Jasmine menjelaskan bahwa pentingnya mengkomunikasikan tentang stigma dan segala kesalahpahamannya agar terhindar dari perselisihan dan perasaan menghakimi. Asaelia Aleeza menuturkan lebih lanjut bahwa agar orang dengan gangguan jiwa merasa diterima oleh masyarakat, kita harus mengetahui apa yang dia butuhkan dan tidak bergerak berdasarkan asumsi kita sendiri.
“Saat kita ingin membantu seseorang, pastikan itu sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan bukan dari asumsi.” — Asaelia Aleeza, Co-Founder Ubah Stigma
(23/07) Pembicara pada Sesi 1 Let’s Talk Mental Health 2021: Learn to Unlearn Stigma. Kiri atas: Ayesha Felice moderator acara Let’s Talk Mental Health 2021, Kanan atas: Emily Jasmine, co-founder Ubah Stigma , Kiri bawah: Asaelia Aleeza, co-founder Ubah Stigma, Kanan bawah: Indah Sundari, M.Psi., Psikolog.
Pada sesi “Mental Health: To Prioritize not Sacrifice“, pembicara menggali lebih dalam tentang bagaimana cara kita mengenali diri kita dan memprioritaskan kesehatan mental. dr. Rayhan Maditra menjelaskan bahwa kita harus mengetahui apakah terdapat disfungsi dalam kehidupan kita sehari-hari yang berdampak pada pekerjaan, kehidupan sosial, dan keluarga kita. Tiga hal penting yang dapat membantu untuk menilai bahwa kita sedang tidak baik-baik saja, yaitu perubahan pikiran, perubahan perasaan dan perubahan perilaku. Dengan mengenal apa yang terjadi dalam diri kita, kita bisa menemukan coping mechanism dan support system yang dapat membantu kita menyelesaikan masalah dan hidup dengan lebih baik.
Mengenai mengenal diri sendiri terutama saat kita sedang tidak baik-baik saja, Alya Nurshabrina menyampaikan bahwa tanda-tanda yang kita temukan merupakan sinyal bahwa kita perlu memprioritaskan kesehatan mental kita.
“Setelah kita mengenali diri sendiri dan menemukan sesuatu yang berkecamuk dalam diri kita, hal tersebut merupakan tanda bahwa ada yang sedang tidak baik-baik saja dalam diri kita, dan tanda ini mempunyai maksud dan tujuannya.” — Alya Nurshabrina, Miss World Indonesia 2018
(24/07) Pembicara pada Sesi 2 Let’s Talk Mental Health 2021: Mental Health: To Prioritize not Sacrifice. Kiri atas: Adhia Rana, moderator acara Let’s Talk Mental Health 2021, Kanan atas: Alya Nurshabrina, Miss Indonesia 2018 , Tengah bawah: dr. Rayhan Maditra, Founder MAKOTALK.
Pada sesi “Normalizing Mental Health“, pembicara berdiskusi mengenai tantangan, peran serta evaluasi terkait isu kesehatan mental pada sektor-sektor penting di kehidupan sehari-hari, yaitu sektor industri, pendidikan dan media.
Pada sektor industri, terutama pada masa pandemi, dr. Jakoep Ezra menyarankan bahwa setiap manajer harus menguasai kompetensi sebagai mediator, konselor dan mentor sebagai usaha menjaga kesehatan mental para pekerja.
Melihat sektor pendidikan, Kak Seto Mulyadi menyampaikan bahwa dengan perubahan zaman yang sudah tidak dapat dipungkiri, konsep “wajib belajar” kini harus digaungkan dan bukan “wajib sekolah”. Konsep ini melihat bahwa proses pembelajaran yang optimal menonjolkan kemerdekaan dalam belajar, menyenangkan, dan membangun skil kehidupan yang jauh melampaui sekedar penghafalan. Pembelajaran ini dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dengan siapa saja, dan di sini orang tua memainkan peran yang krusial dalam kesehatan mental anak pelajarnya.
Dari kacamata media dan jurnalisme, Andini Effendi mengutarakan bahwa media dapat berkontribusi membuat kesehatan seseorang menjadi tidak stabil karena berita yang tidak baik. Namun, masih ada beberapa medium lain yang bisa kita manfaatkan untuk menyalurkan kekhawatiran kita dan lebih baik lagi, meningkatkan kesadaran masyarakat terkait kesehatan mental.
“The reason why mental health issues are not brought up enough in mainstream media is because it won’t make national headlines. Instead of relying on mainstream media to spotlight mental health issues, we should start optimizing mediums that are available to us and use our voices as much as we can.” — Andini Effendi, Jurnalis
(25/07) Pembicara pada Sesi 3 Let’s Talk Mental Health 2021: Normalizing Mental Health. Kiri atas: Annemarie Esta, moderator acara Let’s Talk Mental Health 2021, Kanan atas: Kak Seto Mulyadi, Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak, Kiri bawah: Andini Effendi, News Anchor dan Jurnalis, Kanan bawah: dr. Jakoep Ezra, DBA., D.Th, Founder Power Character dan Character Specialist.
Ubah Stigma sangat senang dapat menghadirkan beberapa pembicara yang dapat memberikan pandtangan mereka terhadap kesehatan mental serta pengalaman mereka. Dengan mengangkat tema “Generation Mental Health”, Ubah Stigma berharap dapat membantu membangun generasi yang lebih peduli dengan kesehatan mental.
“Dengan Let’s Talk Mental Health 2021, Ubah Stigma berharap dapat memperluas percakapan tentang kesehatan mental di Indonesia sehingga stigma yang saat ini masih sangat melekat perlahan dapat dipatahkan,” ujar Asaelia Aleeza.
“Kami harap diskusi terbuka ini dapat memperkenalkan pandangan baru kepada masyarakat Indonesia mengenai kesehatan mental. Untuk mencapai perubahan yang besar seperti melahirkan “Generation Mental Health”, kita harus memulai dari diri sendiri karena setiap orang memiliki peran yang tak ternilai,” tutup Emily Jasmine.